20 Jul 2012

"His promise" part #2


Ups! Aku hampir saja tertabrak oleh mobil sedan mewah berwarna hitam. Ya aku kaget, shock.  Akhirnya aku kehilangan keseimbangan dan  terjatuh depan mobil itu, dan sepertinya kaki ku keseleo. Memang hampir  tertabrak, tapi tetap saja rasa shock yang masih melekat dan kaki ku yang terasa lumayan sakit ini membuatku susah berjalan. Aku jadi teringat kejadian setahun yang lalu, aku pernah mengalami kejadian yang sangat mengerikan, ya aku kehilangan seseorang. Dia adalah Adrizta Richa sedih rasanya jika mengingat dia. Orang yang selalu ada buat aku, orang yang perhatian dan tentu saja baik, sekarang sudah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi padaku. Dia adalah pacarku semasa aku di Senior High School. Hari itu kami berdua sedang bermain sepatu roda bersama di sebuah taman. Saat dia akan membelikanku minuman di sebrang taman, tiba-tiba ada sebuah truk besar yang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Akhirnya terjadilah kejadian yang sangat mengerikan itu, ya dia meninggal di hari itu juga didepan mataku.  Itu yang membuatku tidak pernah lagi membuka hati kepada cowo lain untuk waktu dekat ini.
Tanpa kusadari aku sudah menangis di tengah jalan, mobil itu segera menyingkir dari jalan untuk memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Seorang laki-laki pun turun dari mobil tersebut dan menghampiriku, dia menggandengku ke tempat duduk di depan sebuah café kecil di dekat jalan.

“Hei, kau tidak apa-apa? Maafkan aku ini hapus air matamu dan kita kerumah skait.” Ujarnya samil memberikan saputangan dengan inisyal nama di pojok kanan bawah AR.

Aku masih menangis dan lemas, akhirnya dia mengusap air mataku yang membuatku terkejut dan tersadar.

“Terimakasih, biar aku sendiri.” Kataku.
“Aku sangat menyesal, maafkan aku.” Ujarnya lagi.
“Tidak masalah aku hanya shock, maaf aku harus segera pergi. Aku akan terlambat jika berlama-lama disini.” Kataku.

Aku tidak tau siapa dia, dan aku pun tidak begitu jelas melihat mukanya. Yang pasti dia mempunyai tubuh yang tegap dan kulitnya putih.

“Tunggu.. Aku akan mengantarmu, kemana kamu akan pergi? Ke university of FEAT? Ujarnya.

Bagaimana dia bias tau? Oh aku baru ingat, aku memegang map yang bertulisan University of FEAT. Aku membawanya karena didalam map itu ada peta dari universitas tersebut.

“Ya tapi tidak usah, terimakasih. Biar aku naik bus saja.” Tolakku.
“Tungu (sambil memegang pergelangan tanganku) ah maaaf, aku hanya ingin meminta maaf, dan sebagai permohonan maaf aku akan mengantarmu , aku juga akan pergi kesana, tolong.. Jika kau menolak aku akan sangat merasa bersalah padamu.” Ocehnya panjang lebar.

Dari pada aku terus begini dan aku telat, akhirnya aku mengiyakan ajakannya.

“Ok baiklah, terimakasih.” Kataku.

3 komentar: