22 Sep 2012

"This Is Miracle?"


“Aku berharap hari ini bukan hari terakhir aku melihat senyumnya. Aku ingin suatu saat nanti kita bertemu lagi Shane.”  Lamunanku buyar saat sahabat ku Lyse memelukku dari belakang.

“Hey, kau kenapa Zyn? Kenapa kau menangis?” tanyanya.
“Tidak, aku hanya sedih. Semoga aku bisa melihatnya lagi ya.” Kataku sambil tersenyum.

Ya, aku Elzyn. Sekarang aku 16 tahun, dan hari ini adalah hari perpisahan di SMA untuk angkatan orang yang selama ini aku sayangi mungkin. Lyse, dia adalah sahabat terbaikku selama ini.

“Pasti lah, tidak usah khawatir Zyn. Oh ya gimana dengan Nico?” tanyanya tiba-tiba.
“Nico? Kenapa dia?” tanyaku balik.
“Loh? Kamu tidak akan mengatakan sesuatu padanya? Salam pepisahan? Atau hadiah gitu?” tanyanya.
“Dia kan pacarmu?” tambahnya.

Ya ampun, Nico. Kenapa aku bisa lupa? Dia kan pacarku. 5 July yang lalu, dia menyatakan perasaannya saat birthday party Shane, dia yang mengisi hari-hari ku selama setahun di sekolah ini. Kenapa aku bisa megabaikannya? Dan kenapa aku malah menyiapkan hadiah untuk Shane? Haduh kenapa sih kenapa? Fikirku sambil memukul-mukul kepala.
Dan sekarang aku bingung harus berbuat apa. Apa hadiah ini aku berikan pada Nico saja? Tiba-tiba ide buruk ini menghampiriku.

“Hey El”

Sepertinya aku kenal suara ini. Saat aku menengok kebelakang, ternyata benar! “Shane?” kataku kaget.

“Ya, kenapa? Ko kaget gitu sih?” katanya sambil tertawa.
“Oh, tidak, acaranya sudah selesai?” tanyaku.
“Belum” jawabnya sambil tersenyum.
“Loh? Ko kamu disini? Ada apa?” tanyaku lagi.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu” katanya sok misterius.
“Hahaha sok misterius deh, apa?” kataku sambil senyum meledek.
“Ayo ikut.” Ajaknya.
“Kemana?” tanyaku.
“Sebentar saja, kita ke taman belakang.” Katanya sambil memegang tanganku.

Kenapa aku merasa senang ya, setiap aku bersama dia? Rasanya tidak ingin aku lepaskan tangannya ini. Aku tidak ingin berpisah dengannya. Ya Tuhan tolong aku.

“El, sini.” Katanya.
“Iya, iya sabar.” Kataku.
“Foto yuk? Bagus nih view nya.” Ajaknya.
“Ok ok, ayo.” Kataku.

Setelah foto-foto ..

“Ini, buat kamu. Tolong jaga ini baik-baik ya.” Katanya sambil memberikanku sebuah kotak.
“Apa ini?” tanyaku.
“Sudah, bukanya nanti saja di mobil ya.” Katanya.
“Wah, maaf ya bukannya aku yang memberikan hadiah padamu, malah kamu yang…” belum sempat aku meneruskan ucapanku, dia langsung memotongnya.
“Sudah, tidak apa-apa.” Katanya sambil tersenyum.
“Kamu percaya keajaiban?” tanyanya tiba-tiba.
“Ya, tentu . kenapa?” kataku sambil terheran-heran.
“Aku percaya satu keajaiban sekarang.” Katanya.
“Apa?” tanyaku.
“Walaupun kita berpisah sekarang, aku percaya. Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Aku akan menemukanmu dimana pun kamu berada. Cinta akan mempersatukan kita nanti.” Katanya.
“Shane?” kataku shock. Kenapa dia berkata seperti itu disaat keadaan seperti ini.
“Ok? Ayo sebentar lagi acaranya selesai.” Katanya.
“Jangan lupa. Jaga dirimu baik-baik ya.” Katanya lagi sambil menepuk kepalaku.
“Daah..” tambahnya sambil dia berlali ke arahh gedung perpisahannya.
“shane.. aku akan menunggumu” teriaku sambil melambaikan tangan.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Kotak ini, apa ya isinya? Fikirku. Aku berjalan ke mobil untuk menyimpan kotak ini. Tiba-tiba handphone ku berdering

Whatever you say, whatever you do
There will be good times waiting for you
Whatever you hear, I won't disappear
I promise you that”

Lagunya mendukung banget nih, fikirku lagi.

“Hallo, Lyse, ada apa?” tanyaku.
“Kamu dimana? Acaranya sudah hampir selesai nih. Kamu mau foto di dalam gak sama Nico? Dia nanyain kamu nih.” katanya.
“Bilang saja ke Nico aku tunggu dia di depan gedung saja ya Lyse. Ok?” kataku.
“Ok Ok.” Jawabnya dari sebrang sana.

Aku berdiri di depan gedung sambil membawa hadiah untuk Nico yang tadinya akan aku berikan pada Shane. Semoga dia tidak tahu, fikirku. Tidak lama kemudian..

“Sayang…” panggil Nico.
“Hey, sudah selesai?” kataku sambil memeluknya.
“Iya, kenapa kamu tidak menungguku di dalam saja?” tanyanya.
“Ah tidak, aku malu kakak kelas semua. Hehe.” Kataku.
“Yasudah, kita foto dulu yuk?” ajaknya.
“Ok, ok.” Kataku.
“Lyse tolong ya,” katanya pada Lyse.
“Iya siip, 1 foto 5000 ya, hahaha.” Kata Lyse sambil tertawa.

Setelah selesai foto..

“Ok, makasih Lyse.” Kata kami serempak.
“Hahaha iya sama-sama kalian cocok sekali ya.” Kata Lyse.
“Makasih hehe.” Kata Nico, dengan muka yang memerah.
“Oh, ya selamat ya udah lulus. Gimana nilainya?” tanyaku.
“Ya kamu tau aku kan?” katanya menyombongkan diri sambil tertawa.
“Ye, gak boleh sombong.” Kataku.
“Hahaha iya iya, sayang. Tapi kali ini aku kalah sama Shane.” Katanya.
“Loh ko bisa? Makanya jangan sobong hahaha.” Kataku sambil tertawa.
“Iya nih, gak tau deh. Dia pake jurus apa buat ngalahin aku, hehe.” Candanya.
“Yaudah kita pergi yuk?” ajaknya.
“Kemana? Berdua?” tanyaku.
“Mau banget ya berdua sama aku? Hahaha. Kita bertigalah sama sahabatmu ini.” Sambil menepuk pundak Lyse.
“Yeh kamu mah hahaha okok ayo.” Kataku.
“Eh, maaf aku tidak bisa ikut. Kalian berdua saja ya?” kata Lyse tiba-tiba.
“Loh Lyse kamu kenapa?” Tanyaku.
“Tidak, aku mau pergi sama..” belum sempat menyelesaikan perkataannya tiba-tiba mobil sedan hitam menghampiri kami.
“Lyse, ayo.” Kata orang dari dalam mobil itu sambil membuka kacanya.
“MARK!!” kata kami serempak.
“Lyse, kamu jadian sama Mark?” tanyaku.
“Sejak kapan?” lanjut Nico.
“Nanti ya ceritanya, kami buru-buru nih. Ayo Lyse.” Kata Mark.
“Wah Mark parah lu sama sohib sendiri gak cerita-cerita.” Kata Nico.
“Hahaha slow masbro lain waktu ya ceritanya.” Kata Mark.
“Bye semua.” Kata Mark dan Lyse saat Lyse masuk mobilnya.
“Yo. Hati-hati ya.” Kata Nico.
“Mark, jaga Lyse baik-baik ya.” Tambahku.
“Ok siip.” Katanya sambil mobilnya melaju.
“Jadi.. Gimana nih?” kata Nico.
“Gimana apanya? Ayo kita berangkat juga.” Kataku.
“Serius? Bukannya kamu..” katanya
“Mau apa gak nih? Aku berubah fikiran nih.” Kataku mengancam.
“Hehe iya ampun tuan putri. Sebentar ya, aku ambil mobil dulu.” Katanya.
“Ok, 5 menit ya, kalo telat gak jadi nih.” Kataku.
“Siip.” Katanya sambil berlari.

Segitunya ya, dia takut gak jadi pergi sama aku hahaha. Oh ya, mobilku. Gimana ya? Pulangnya aku mampir kesini lagi aja deh, fikirku.

“Ayo.” Kata Nico dari dalam mobil.
“Siip.” Kataku sambil naik ke mobilnya.
“Jadi mau kemana kita? Tanyanya.
“Terserah, ini kan hari mu. Jadi aku ikut aja.” Kataku.
“Yakin?” tanyanya.
“Iya, sayang” kataku sambil terenyum.
“Zyn..” kata seseorang di sebelahku.
“Yaa, eh maaf aku tertidur ya. Maaf ya, kita sudah sampai? Dimana ini?” tanyaku.
“Iya, tidak apa-apa ko. Kamu lucu sekali lagi tidur tadi. Makin manis lagi setelah bangun tidur.” Katanya.
“Ih kamu apa sih. Pasti berantakan banget ya?” tanyaku.
“Tidak tidak, ayo keluar.” Ajaknya.
“Bagaimana? Kamu suka?” tanyanya saat keluar dari mobil.
“Waw, indah sekali. Aku suka.” Kataku sambil menganggukan kepala.
“Kita di puncak bukit ini loh. Lihat kita bisa lihat semuanya dari sini. Ya kan?” katanya.
“Iya keren, kenapa kamu baru ngajak aku kesini sekarang?” tanyaku.
“Karena hari ini emang hari yang tepat. “ Katanya.
“Oh ya aku lupa aku punya hadiah untukmu. Sebentar ya, sepertinya ketinggalan di mobilmu. Aku ambil dulu ya.” Kataku sambil menuju kearah mobilnya.
“OK.” Katanya singkat.
“Ini, buat kamu. Aku bikin ini sendiri loh, semoga berguna ya. Hehe” kataku sambil memberikan hadiahnya.
“Makasih ya sayang.” Katanya sambil memelukku.
“Iya, sama-sama.” kataku.
“Kesana yuk? Kita makan?” ajaknya.
“Ayo.” jawabku.

Akhirnya kami masuk ke sebuah tempat makan, interior dalam restaurant ini bagus sekali warna hijau mudanya juga menambah kesan yang sejuk dan damai. Kami memilih makan di tempat duduk yang letaknya di belakang restaurant ini. Karena view nya yang langsung ke luar melihat bukit dengan banyak bunga-bunga yang indah.

“Aku ke toilet sebentar ya.” Kataku.
“Ok, jangan lama-lama ya.” Katanya sambil tersenyum.
“Iya siap bos.” Kataku.

Saat di toilet..
“Ada apa denganku? Kenapa aku bisa sayang dengan dua orang? Apa aku tega melakukan ini pada Nico? Dia orang yang baik, bahkan sangat amat baik. Kenapa aku tega melakukan semua ini? Aku memang tidak pantas buatnya. Apa aku harus putus dengannya? Dari pada dia menderita? Argh!” teriakku di depan cermin toilet sambil menangis.

“Hey, kamu kenapa?” Tanya seseorang di sebelahku.
“Oh, tidak-tidak apa-apa, maaf.” Kataku sambil mengusap air mataku.
“Hey, aku Jodi. Kamu?” tanyanya.
“aku  Elzyn, just call me Zyn.” Kataku.
“Ok Zyn, ada maslah apa? Mau kah kamu berbagi” tanyanya lagi.
“Tidak, aku hanya bingung. Aku merasa aku menyukai dua orang cowo yang berbeda. Apa kamu pernah merasakan hal seperti itu?” tanyaku balik.
“Yah mungkin. Dulu aku pernah menyukai dua orang yang berbeda. Bahkan aku sempat tunangan dengan salah satu dari mereka. Tapi semuanya akan selesai, saat cinta yang mempertemukan antara mereka dan kita.” Katanya.
“Saat kamu ada diantara mereka, kamu akan tau rasanya. Pasti ada perbedaan sekecil apapun itu. saat kamu memegang tangan mereka juga pasti berbeda. Memang sulit, dulu juga aku tidak ingin melepas salah satu dari mereka. Karena aku sayang keduanya. Tapi sekarang? Aku sudah lega karena aku memilih salah satu antara mereka.” Tambahnya.
“Makasih atas masukannya.” Kataku sambil tersenyum.
“No problem, aku duluan ya.” Katanya sambil keluar dari toilet.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke tempat makanku. Saat sedang berjalan kea rah tempat Nico, aku melihat Jodi sedang bersama laki-laki. Siapa dia? Apa orang itu yang dia ceritakan tadi? Fikirku. Saat laki-laki itu menoleh ke arah samping. Ternyata.. Shane? Sedang apa dia disini? Di bersama Jodi? Jadi cowo yang dia maksud Shane? Apa aku bermimpi? Kenapa dada ini terasa sakit dan sesak melihat mereka yang sedang bercanda. Apa aku cemburu?

“Zyn, sini.” panggil Nico.
“Eh Nic, iya sebentar.” Sahutku.

Ok aku tidak apa-apa. Jangan sampai aku terlihat berantakan depan Nico.

“Hei, maaf ya menunggu lama.” Kataku.
“Tidak ko, tadi aku juga ketemu Shane jadi kita ngobrol-ngobrol deh pas kamu di toilet. Tadi dia juga nanyain kamu loh. Tapi kamunya belum keluar dari toilet sih. Jadi dia cabut duluan deh.” Ceritanya padaku.

Jadi benar itu Shane? Dia, kenapa dia? Aduh apa sih yang aku fikirin. Kalau emang benar itu pacarnya atau tunangannya yaudah baguslah kenapa aku malah pusing mikirin ini sih. Gerutuku dalam hati.

“Zyn? Hello?” panggil Nico sambil melambaikan tanganya didepan wajahku.
“Eh, iya kenapa?” tanyaku.
“Tidak, tidak. Ayo kita makan, makananya sudah teriak-teriak nih mau dimakan sama kamu katanya hahaha.” Candanya.
“Haha dasar kamu. Ok, aku juga udah laper nih.” Kataku sambil tersenyum.

Saat aku melihat jam, jam 5.40 ternyata sudah cukup sore. Kalau kemaleman bagaimana aku mengambil mobilku, fikirku.

“Nic, kita mau pulang jam berapa? Tanyaku.
“Kamu maunya? Aku sih ayo aja. Kamu buru-buru ya?” tanyanya balik.
“Aku simpen mobilku di gedung tempat perpisahan kamu tadi.” Kataku.
“Hah? Kamu bawa mobil? Kenapa kamu tidak bilang dari tadi. Yaudah ayo kita pulang sekarang ya?” katanya sambil cemas.
“Gak apa-apa?” tanyaku.
“Ya gak apa-apalah sayang. Nanti kalo mobil kamu kenapa-kenapa gimana?” Tanyanya.
“Ok, makasih ya say.” Kataku.
“Yasudah ayo cepat nanti keburu gelap.” Ajaknya.

Saat sampai didepan gedung handphone nya berdering
“Hallo, iya aku sebentar lagi pulang. Ok.” Katanya.
“Zyn, sepertinya aku harus pulang. Kamu tidak apa-apa kan? Tanyanya.
“It’s ok. Hati-hati ya. Oh ya makasih ya buat hari ini.” Kataku.
“Ok, kamu juga hati-hati ya.” Katanya sambil mengendarai mobilnya.

Aku berjalan ke arah parkiran mobil. Tempt ini tidak begitu sepi kalau malam, jadi aku tidak terlalu khawatir. Saat aku buka mobilku, oya apa ya hadiah dari Shane? Fikirku sambil memegang kotak hadiah dari Shane. Aku masuk ke mobil dan membuka kotak hadiah itu.

“Ya Ampun!” teriak ku shock di dalam mobil.

Kura-kura? Berapa jam aku sekap dia didalam kotak ini? Ya ampun bagaimana ini? Oh ya! Dokter hewan. Aku sibuk mencari kontak telphone di handphone ku.

“Hallo Brian, kamu bisa bantu aku tidak?” kataku sambil menatap dua ekor kura-kura yang kekurangan oksigen sepertinya.
“Hallo Zyn, kamu dimana? Ada apa?” sahutnya dari arah sana.
“Aku ke rumahmu ya sekarang.” Kataku.
“Ok, ok tenang-tenang aku tunggu.” Jawabnya.

Mobil jazz pink pun aku kemudikan dengan kecepatan yang cukup tinggi, saking paniknya takut terjadi apa-apa dengan kura-kura ini. Saat sampai di depan rumah Brian..

“Brian brian buka pintunya.” Kataku sambil mengetuk pintu rumahnya.
“Iya iya sebentar Zyn.” Sahutnya dari dalam rumah.
“Ada apa Zyn? Tanyanya saat dia membuka pintu rumahnya.
“Tolong selamatkan kura-kura ini.” Kataku cemas.
“Kenapa mereka? Ko lemas seperti ini? Ayo silahkan masuk. Silahkan duduk sebentar, biar aku check dulu.” Katanya sambil membawa kura-kura itu ke dalam sebuah ruangan.

Aku tidak bisa berfikir jernih sekarang, bagaimana ini? Bagaimana jika kura-kuranya mati? Apa yang harus aku lakukan? Saat aku melihat jam tangan waktu sudah menunjukan 15 menit saat Brian membawa kura-kura itu sampai sekarang. Kenapa Brian belum juga keluar?

“Huh, untung kau segera membawanya Zyn.” Katanya saat keluar dari ruangan sambil membawa kura-kura itu.
“Mereka tidak apa-apa kan? Tanyaku dengan muka cemas.
“Sudah tidak usah khawatir. Mereka sudah tidak apa-apa. Kau hanya perlu menjaganya sekarang dan jangan lupa beri dia vitamin ini.” Katanya sambil memberikan sebungkus vitamin.
“Syukurlah, leganya aku. Untung aku punya teman dokter hewan sepertimu ya. Kau emang penyelamat para hewan Bri.” Kataku samba mengelu-ngelus dada.
“Ayo diminum dulu minumannya.” katanya saat pembantunya datang membawa minuman ke meja.
“Ya, terimakasih.” Kataku lalu meminumnya.
“Oh ya dari siapa dua makhluk kecil ini? Dari Nico?” tanyanya sambil menyimpan kotak kura-kura itu di atas meja.
“Hah? Oh ini, tidak. Ini dari Shane hadiah perpisahan kemarin.” Kataku.
“Oooh, hmm baiklah.” Katanya.
“Oh ya bri boleh aku minta tolong sesuatu? Tanyaku.
“Ya, tentu. Apa?” katanya.
“Tolong jangan beri tau Nico kalau aku dapet kura-kura ini dari Shane ya. Aku takut mereka bertengkar.” Kataku dengan muka melas.
“Oh ya baiklah.” Katanya.
“Janji ya?” tanyaku.
“Iya siap tuan putri.” Katanya sambil terenyum.
“Hahaha terimakasih Bri.” Kataku.
“Cuma kamu yang tau tentang ini diantara kalian berlima. Jadi aku berharap kamu gak bakalan beritahu ini pada siapapun.” Tambahku lagi.
“Ok ok trust me Zyn.” Katanya sambil tersenyum.
“Baiklah sepertinya aku harus segera pulang Bri. Sudah malam nih, thanks ya sekali lagi.” Kataku sambil pamitan.
“Ok, hati-hati ya Zyn. Jangan ngebut-ngebut ingat.” Katanya sambil mengingatkan ku.
“Ok bye Bri.” Kataku sambil membawa kura-kura ini ke mobilku.

Saat sampai di rumah, aku taruh kotak kura-kura ini di atas meja belajarku sebelah lapotop biar aku bisa memantaunya terus. Baiklah, hari juga sudah malam.
"selamat tidur Filly, selamat tidur Elly” bisiku pada kura-kura sebelum aku pergi tidur.

Baru saja membaringkan tubuhku, handphone ku berdering. Siapa yang menelpone ku malam-malam begini. Dengan muka setengah sadar karena sudah ngantuk ku jawab telp ini “Iya, hallo.” Sahutku.

“El? Kamu sudah tidur ya?” sahut orang disebrang sana.
“Eh Shane? Ini Shane?” kataku terkejut
“Ya, kamu tadi kemana? Aku nyariin kamu loh.” Katanya.

Ngapain dia nelfon? Kenapa bukan telfon Jodi? Mau ngapain lagi sih ini orang. Gerutuku kesal.

“Hallo, el? Kamu masih disana kan?” tanyanya.
“Eh, eh iya kenapa Shane? Ko tumben telfon jam segini?” tanyaku balik.
“Aku gak bisa tidur.” Katanya.
“Hmm, lalu?” tanyaku lagi.
“Oh ya, aku baru bikin lagu loh.” Katanya semangat.
“Ohya? Apa judulnya?” tanyaku langsung.
“Kamu dengerin ya.” Katanya lagi

Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak
In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece

So as long as I live I love you
Will heaven hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

What we have is timeless
My love is endless
And with this scream I
Say to the world
You're my every reason you're all that I believe in
With all my heart I mean every world

So as long as I live I love you
Will heaven hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

“Gimana?” tanyanya setelah selesai menyanyikan lagu itu.
“Awesome.” Pujiku.
“Itu keren banget Shane, siapa cewe di lagu itu?” tanyaku penasaran.
“Hahaha makasih ya, kamu orang pertama yang denger lagu ini, orang pertama yang comment lagu ku. Dan cewe dilagu itu kamu” Katanya menjelaskan.
“Benarkah? Wah, aku sangat tersanjung.” Ungkapku.
“Yasudah selamat tidur ya El, have a nice dream.” Katanya sambil menutup telfon.

Esok harinya, matahari pun sudah bersinar terang. Suara kicauan burung sudah terdengar. Aroma masakan sudah tercium sampai kamarku.

“Huaaah.. Jam berapa ini?” kataku saat bangun dari tempat tidur.
“Elzyn!” teriak seseorang di sebelahku.
“Waduh Lyse? Hey ngapain pagi-pagi buta udah disini?” tanyaku shock.
“Kami mau pergi ke Pantai, kamu ikut yuk? Aku juga udah ngajak Nico. Ya ya ya? Please.” Katanya sambil memohon-mohon.
“Hah? Kami? Siapa aja yang mau pergi?” tanyaku.
“Aku, Mark, Nico, Brian, Kian, sama kamu.” Jawabya.

Kian sahabat dekat Shane, dia juga tempat curhat Shane. Tapi kenapa malah Shane tidak ikut pergi?

“Shane?” tanyaku lagi
“Dia tidak bisa ikut. Dia lagi mempersiapkan untuk kuliahnya katanya.” Jawabnya lagi.

Oh baiklah sekarang Shane sibuk semoga dia berhasil.

“Ayolah masa kamu gak ikut sih?” ajaknya lagi.
“Yaudah iya iya, aku mandi dulu ya. Tunggu saja di bawah.” Kataku sambil mengambil handuk yang tergantung dibelakang pintu kamar.
“Ok.” Katanya sambil mengacungkan jempol.
“Eh ini kura-kura dari siapa? Lucu banget.” Katanya sambil melihat ke tempat kura-kura.
“Oh itu. Shane yang memberikannya padaku kemarin.” Katku dari dalam kamar mandi.
“Oooh.” Sahutnya.
“Ok, aku turun duluan ya.” Tambahnya.
“Ok siip.” Jawabku .

Akhirnya aku memutuskan untuk ikut mereka semua. Lagi pula mereka sudah tiba-tiba ada di rumahku, tidak mungkin aku menolaknya. Baiklah semoga hari ini menyenangkan harapku dalam hati.
Dalam perjalanan kami semua mengeluarkan suara tidak peduli suara kami bagus atau jelek yang penting adalah kesenangan, kebahagiaan.
Apa aku bahagia bersama Nico? Lamunanku terus berkembang, entah sampai kemana lamunanku. Yang jelas aku memikirkan kami. Ya aku, Shane, dan Nico.

“Zyn?” serasa ada yang memanggilku kali ini, fikirku
“hey ada apa?” suara Kian memecahkan lamunanku.
“eh, kenapa ki?” tanyaku kaget.
“kamu yang kenapa??” tanyanya balik.
“aku tau apa yang kamu lamunkan.” Katanya.
“Kian?” kataku dengan nada perlahan.
“Aku tau semuanya Zyn. Aku tau masalah kamu, Nico dan Shane. Tapi bukankah seharusnya kamu bersikap biasa? Jika kamu tidak ingin Nico tau?” Bisiknya.

Kian benar, apa yang aku lakukan. Aku harus terlihat senang hari ini. Aku tidak ingin mengecewakan semuanya. Tapi bagaimana Kian bisa tau? Apa Shane menceritakan sesuatu? Atau Nico yang merasa aneh dengan sikapku akhir-akhir ini?

“when you’re looking like that!” seruku bersama yang lain.

Akhirnya kami sampai dipantai ini, pantai ini sepertinya aku tidak asing. Oh ya! Pantas saja aku pernah melihatnya di VC Obvious.

“Indah.” Kataku takjub.
“Hey Mark bantu aku bawakan panggangan dong.” Sahut Lyse pada Mark.
“Bisa gak Mark? Apa aku saja?” ledek Kian sambil tertawa.
“Hey ototku memang tidak sebesar punyamu, tapi badanku lebih besar dari mu otomatis aku lebih kuat dari mu.” Kata Mark sombong.
“Wooha slow man hahaha” kata Kian sambil menepuk pundak Mark.
“Ih kalian ini, ayo cepet cepet.” Kata Lyse memisahkan mereka.

Sementara mereka menyiapkan peralatan, aku pergi sendiri menyusuri pantai itu. Aku melihat seperti sebuah Goa, tapi tidak begitu gelap. Disana seperti tempat untuk meneduh. Tanpa berfikir lagi aku pergi kedalam sana.
Tidak gelap, tidak bau, dan bersih. Sepertinya ini cukup terawat. Aku duduk dibagian depan lorong tempat itu, lagipula aku tidak berani kalau harus menyusuri Goa sendirian. Disana aku mencoba menenangkan fikiranku yang sedikit kacau akhir-akhir ini.
Kian bilang Shane akantetap di Ierland. Walaupun dia kuliah ujung Ierland, aku pasti tetap akan bertemunya. Setidaknya sesekali aku bisa bertemunya.
Shane shane shane, kenapa bayangan wajah dengan senyuman manisnya itu selalu ada difikiranku? Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya? Tiba-tiba handphone ku berdering. Dilayarku tertulis sebuah nama.
Shane? Aku terkejut melihat layar handphone. Kali ini apa yang akan dia katakan?

“Hai,” jawabku di telfon.
“El, aku akan pergi.” Katanya tiba-tiba.
“Apa? Hallo Shane? Kamu mau kemana?” kataku shock karena perkataannya.
“Ya, aku akan kuliah di Ausie.” Katanya perlahan.
“Aku dapet beasiswa disana.” Lanjutnya lagi.

Apa yang harus aku katakan? Dia pergi? Kenapa dia tiba-tiba pergi jauh? Apa dia tidak mau melihatku lagi?

“El?” sapanya dari sebrang sana.
“Kenapa tiba-tiba kamu pergi? Bukankah Kian bilang…”
“Aku rasa aku butuh suasana baru. Aku akan mencari sesuatu yang baru disana.” Katanya singkat.

Suasana baru? Sesuatu yang baru? Apa maksudnya? Jadi dia benar-benar ingin melupakanku? Lalu apa maksud dia mengatakan “keajaiban “ saat perpisahan dulu?

“Lusa aku berangkat.” Tambahnya.
“Kamu mau mengantarku ke bandara?” tanyanya.

Entah kenapa dada ini terasa mulai sesak. Dia benar-benar akan meninggalkanku. Aku berharap perkataannya bohong atau hanyalah sebuah halusinasiku. Tapi tidak, ini kenyataan. Sekarang apa yang harus aku katakan? Perlahan air mataku mulai jatuh, saking tidak bisanya aku menahan kesedihan ini.

“Aku harap kamu akan ada disana nanti. Aku akan mengirimmu e-mail sesering mungkin, untuk mengabarkan keadaanku disana nanti.” Katanya.
“Baiklah.” Hanya kata-kata itu yang bisa aku ucapkan sekarang
“Have fun ya dipantainya, sampaikan salam pada semuanya.” Katanya seolah ingin membuatku ceria.
“ya, hati-hati, aku akan menunggumu.”kataku sambil mematikan telfon.

Perpisahan sesungguhnya benar-benar akan terjadi lusa. Lusa? Waktu yang cukup dekat. Aku tidak tahan memendam kesedihan ini. Aku pun menangis sekencan-kencangnya sampai akhirnya sedikit lega.
Handphoneku kali ini bergetar. Sms dari siapa kali ini? Ternyata Lyse.

“Zyn, kau dimana semua orang mencarimu.” Pesan singkat yang dikirim Lyse

Ya ampun aku lupa, aku tidak memberi tau siapa pun kalau aku pergi. Aku cepat-cepat menghapus air mataku dan berlari untuk kembali ke pinggir pantai.

“Hallo semuaa, maaf membuat kalian kebingungan. Aku lupa tidak memberi tau kalian kalau aku pergi. Habis pantainya indah sekali, jadi aku terpesona sampai lupa untuk member tau kalian.” Kataku dengan nada ceria tanpa dosa.
“Haduuuh Zyn, kamu bikin orang-orang panic saja. Kami kira kau ditelan monster laut.” Kata kian meledek.
“Ih, jahat banget sih Ki.” Kataku memelas.
“Sudah-sudah ayo sini kita makan.” Ajak mark.

Kali ini Nico tidak berkomentar. Ada apa ya?

“Nic?” sapaku pelan.
“Ya.” Jawabnya singkat.
“Kamu kenapa?” tanyaku sambil melihat mukanya.
“Tidak, aku hanya tidak enak badan.” Jawabnya singkat tanpa melihat balik mukaku.
“Baiklah, habis ini kita langsung pulang ya.” Kataku sambil memegang tangannya.
“Hemm.” Hanya jawaban itu yang ku dengar darinya kali ini.

Setelah selesai kami pun bersiap untuk pulang. Karena hari sudah mulai gelap. Dalam perjalanan karena lelah, beberapa diantara kami tertidur. Nico juga. Aku masih bingung, dengan sikapnya hari ini. Dia berbeda. Apa dia tau semuanya? Tau apa? Perasaanku? Bukankah yang tau perasaanku ini cuma aku, Shane, Lyse dan Kian yang tau? Apa mereka bilang pada Nico?
Sampai didepan rumahku, aku turun terlebih dahulu. Nico masih tidur, dibangunkan beberapa kali oleh Brian juga tidak bangun-bangun. Tidak biasanya dia seperti ini. Apa Nico sengaja melakukannya?

“Baiklah Nic, cepet sembuh ya.” Bisikku.
“Dah hati-hati ya semuanya, makasih untuk hari ini.” Kataku pada yang lainnya.

Aku masuk kedalam rumah, sambil masih memikirkan Nico. Ya kali ini aku memikirkannya. Tingkahnya aneh seharian ini.
Badanku pegal, hari ini cukup cape. Aku tidur karena lelah, tapi sebenarnya otakku masih memikirkan Nico sampai sekarang.

Kali ini sinar matahari tidak menyambutku. Hujan deras yang membuka pagi hari ku ini. Udara yang dingin membuatku sedikit tidak enak badan, aku flu. Ku tarik selimutku lagi untuk menghangatkan badanku.
Aku tertidur lagi, tidak tau berapa lama aku diatas tempat tidur. Yang jelas saat aku bangun untuk kedua kalinya badanku terasa pegal-pegal dan kulihat jam ternyata sudah jam 12 siang.
Apa? Bagaimana bisa aku tidur selama ini? Dan masih saja hujan? Gerutuku saat bangun.
Bagaimana aku bisa membeli kenang-kenangan untuk Shane?
Karena cuaca dan kondisi flu yang tidak memungkinkan untuk pergi keluar. Aku rasa aku akan membuatkannya syal rajutan. Karena bahan-bahannya yang sudah tersedia lengkap dirumahku.
Aku mulai merajutnya, sambil ditemani lagu Soledad dan menatap hujan kearah jendela luar kamarku.

If only you could see the tears in the world you left behind
If only you could heal my heart just one more time
Even when I close my eyes
There's an image of your face
And once again I come to realize
You're a loss I can't replace

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me
Soledad
Why did you leave me Shane?

Tidak terasa hari juga sudah gelap, sementara syal ini belum selesai. Aku melanjutkannya, karena besok harus sudah selesai. Besok? Ya besok. Benar-benar besok penerbangannya.
Handphoneku bergetar beberapa kali..

Zy, hari ini ikut ke bandara kan?” pesan singkat yang dikirim Lyse.

Pesan singkat yang dikirim Mark, Kian dan Brian juga serupa. Mananyakan hal yang sama.
Hari ini? Ya ampun aku tidak tidur, sudah jam 4 pagi. Penerbangannya jam 6. Aku terlambat. Dengan tergesa-gesa aku pergi mandi dan menyiapkan semuanya. Beruntung aku syalnya sudah jadi.
Tidak lama kemudian Kian menelfon..

“Zy kamu sudah siap? Aku jemput sekarang ya?” katanya langsung.
“Ok.” Jawabku singkat.

Kami pun berjalan menuju bandara, kali ini mobil tidak seramai biasanya. Suasanany Hening. Kian focus mengendarai mobil. Mark dan Brian mendengarkan music dengan headset nya masing-masnig. Lyse diam disebelahku sambil memegang tanganku, seolah untuk menguatkanku dalam kondisi ini.
Akhirnya suasana hening ini selesai. Kami sampai di bandara. Nico? Dimana dia? Dia tidak ikut? Saat akan turun tiba-tiba Kian melanjutkan perjalanan.

“Loh? Kian? Ada apa?” tanyaku kaget.
“Tadi aku disuruh Jodi untuk membawa kalian ke taman bunga dekat rumah Nico.” Katanya sambil mengemudi.
“Jodi? Tapi Shane?” tanyaku panic.
“Jodi sepupu Shane. Dia disana.”katanya singkat sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup ekstreme.

Jadi Jodi sepupu Shane?
Ada apa ini? Kenapa jadi seperti ini? Shane tidak jadi pergi? Nico meminta kita semua kesana.
Sampai di taman, kami melihat Shane. Kami semua segera berlari ke arahnya.

“Temui Nico.” Katanya langsung.
“Apa?” kataku kaget.

Seseorang menghampiri kami, dia dikursi roda, ditemani Ibunya. Wajahnya pucat, seakan itu hari akhir baginya.

“Zy.” Kata orang dari kursi roda itu dengan nada pelan.
“NICO? Kataku shock.
“Aku minta maaf.” Katanya sambil memegang tanganku.

Aku berlutut disamping Nico yang menggunakan kursi roda.

“Apa yang terjadi? Tanyaku panic.
“Aku minta maaf telah menjadi penghalang cinta kalian.” Katanya sambil memegang tanganku dan tangan Shane.
“Hei man, what are you talking about?”kata Shane.
“Sh..ane.. tolong, jaga Elzyn baik-baik. Ja..jangan sampai dia..meneteskan air mata sekalipun se.. setelah aku pergi.” Katanya terbata-bata karena menahan tangis dan sakitnya.
“Aku ingin melihat kalian.. bahagia” tambah Nico.

Dia berdiri, mengambil tanganku dan Shane dan menyatukan tangan kami. Aku dan Shane saling menatap. Ini kah keajaiban itu?

Nico berbalik kebelakang dan berjalan meninggalkan kami. Tidak jauh dari tempat kami berdiri dia tiba-tiba dia jatuh dan tidak sadarkan diri.
Kami semua panic dan membawanya segera ke rumah sakit, tapi kali ini keberuntungan tidak berpihak. Belum sempat sampai rumah sakit nyawanya sudah tidak tertolong. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku didalam mobil. Suasana duka menyelimuti kami semua didalam mobil.
Setelah dipriksa kembali di rumah sakit, ya Nico memang sudah tidak tertolong lagi. Hari itu juga Nico dimakamkan.
Rasa sedih dan haru yang mendalam memang masih terasa sampai sekarang. Hari itu Shane memutuskan untuk tidak jadi mengambil beasiswanya dan tetap tinggal di Ierland.

Aku dan Shane akhirnya memutuskan untuk hidup bersama sejak tanggal 9 Agustus 2003. Kami tinggal bersama 2 orang anak, Zyzy dan Ryn.

Makasih udah baca, semoga kalian suka J.
Ditunggu comment + like nya ya xD


@elgaalrezna
-Selesai-