Saat aku melihat kebelakang aku kaget melihat dia “Kamu?
Masary? Kataku.
“Ya, aku. Kenapa? Boleh aku menemanimu?” tanyanya.
“Terserah.” Kataku.
“Bagaimana keadaan kakimu? Masih sakit?” tanyanya lagi.
“Sudah agak mendingan, terimakasih.” Jawabku.
“Aku pergi dulu ya, aku ingin melihat-lihat keadaan
universitas ini.” Lanjutku.
“Ayo!” katanya.
“Hah? Ayo? Kamu mau ikut?”tanyaku.
“Bolehkan aku menemanimu ya ya ya?” katanya dengan tampang
melas.
Aku mengangguk dan langsung berjalan, ya walaupun sambil
terpincang-pincang.
Aku sibuk melihat peta dan menghafal beberapa ruangan di
kampus ini. Dia langsung mengambil peta yang aku pegang dan membantu ku
berjalan.
“sini biar ku bantu, aku hafal semua yang ada di sini.”
Katanya sambil memegang tanganku.
“Oh, maaf tapi..” saat aku akan melepaskan tangannya dia
malah memotong pembicaraanku.
“Please aku mohon untuk hari ini saja, biarkan aku membantu
dan menemanimu.” Sambil membantuku berjalan.
“ok just for today.” Kataku.
“Haha siap, tapi kalau ada waktu boleh kan seperti ini
lagi.” Katanya
Aku hanya diam dan mendengarkan dia mengoceh tentang
universitas ini. Setelah cukup lama kami berjalan dan mengobrol, aku melihat
jam tanganku.
“Oh tidak aku akan
terlambat, maaf aku harus segera pergi.” Kataku.
“Aku akan mengantarmu.” Katanya segera.
“Tidak usah, terimakasih.” Tolakku dengan halus.
Tiba-tiba dia lari dan berbicara pada seseorang , lalu
menghampiriku dengan motor.
“Tidak ingin terlambat? Ayo naik.” Ajaknya.
“Yakin? Mobilmu? Tanyaku.
“Sudah cepat, nanti keburu hujan.” Katanya.
“Okok, terimakasih aku sangat merepotkanmu hari ini.”
Kataku.
“Tidak sama sekali putrid shazy.” Katanya sambil memberikan
helm padaku.
“Shazy” panggilan itu mengingatkanku pada alm. Adrizta.
Saat di perjalanan tiba-tiba hujan deras, “Bagaimana ini?”
tanyanya.
“Lanjutkan saja, rumahku sudah dekat.” Kataku.
Dia malah meminggirkan motornya, berhetnti dan turun dari
motornya.
“Ada apa? Lanjutkan saja.” Kataku heran.
Dia turun melepaskan jaketnya. “Pakai ini.” Ujarnya sambil
memakaikan jaketnya padaku.”
Dia naik lagi ke motornya, “Pegangan!!” sahutnya.
“Hah?” ….
Motornya melaju dengan cepat. 15 menit kemudian akhirnya
sampai didepan perpustakaanku. Yeah perpustakaan dan rumahku menyatu. Rumahku
dilantai 2 dan perpustakaan di lantai 1. Saat aku turun dari motornya, belum
sempat aku mengucapkan terimakasih padanya dia langsung melaju cepat dan
berteriak
“Bye, hangatkan badanmu.” Sahutnya.
“Bye, hangatkan badanmu.” Sahutnya.
Aku hanya terdiam dan berkata dalam hati “terimakasih masy,
maafkan aku drizta.” Tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka, ternyata kak shaldon
membawakan payung. “Ayo” ajaknya.
“oh ya, makasih kak.” Kataku.
Aku langsung pergi ke kamar, untuk membersihkan dan
menghangatkan badanku.
“Hari yang melelahkan.” Kataku sambil merebahkan badanku ke
tempat tidur. Tidak terasa ternyata aku tertidur.
“zylga, ayo bangun makan malam sudah siap.” Sahut ibuku dari
lantai bawah.
Saat akan bangun entah kenapa rasanya kepala ini sangat
berat dan sedikit pusing. Akhirnya ibuku dating ke kamarku dan melihat keadaan
ku yang ternyata pucat.
“oh dear, what’s going on? Kamu sakit? Apa kamu
kehujanan?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran.
Aku hanya mengangguk.
“sudah ibu bilang kalau hujan telfon kakak mu biar dia
menjemputmu. Kamu mengerti? Katanya.
“ok mom, I’m sorry. I promose.” Kataku meyakinkannya.
Akhirnya beliau turun ke bawah, dan saat kembali lagi ke
kamarku sambil membawakanku bubur hangat dan kompresan. “Terimakasih bu.”
Kataku sambil tersenyum.
“Sudah jangan banyak bicara, makan dulu buburnya” katanya
sambil menyuapiku bubur itu.
Setelah selesai , aku di kompres, minum obat dan akhirnya
tertidur.
Pagi yang cerah pun tiba kembali, “thanks god, ternyata aku
masih bisa melihat hari yang cerah ini. It’s
my first day to go to collage.”
Saat aku sedang bercermin, ibu ku datang “zylga, kamu yakin
akan berangkat? Kamu kan …” “mom, please, I’ll be ok mom. Don’t worried ok?”
Potongku.
“ok ok.” Sambil memberikanku sweater.
“thank you mom.” Kaaku sambil ku cium kedua pipinya, dan aku
pergi ke bawah.
“Ada yang menunggu mu.” Katanya dari arah kamarku.
Siapa? Oh, mngkin Ana. Pikirku sambil memakan roti yang ada
di meja makan, aku memakannya sambil berjalan ke depan rumah. Saat ku buka
pintu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar